PEMBAHASAN
Sejarah Perkembangan Studi Islam di Dunia Muslim
Sejarah Perkembangan Studi Islam di Dunia Muslim
Studi Islam di dunia Islam sama
dengan menyebut studi Islam di dunia muslim. Dalam sejarah muslim dicatat
sejumlah lembaga kajian Islam di sejumlah kota. Maka uraian berikut adalah
sejarah perkembangan studi Islam di dunia muslim.
Selama 350 tahun pertama (750-1258) kejayaan tersebut didominasi dan secara mutlak dikuasai sarjana-sarjana muslim. Sementara beberapa pusat kegiatan intelektual pra islam diluar Arabia yang berperan besar memajukan pendidikan didunia muslim dapat digambarkan sebagai berikut. Bahwa kemajuan pengetahuan dalam Islam tidaklah mungkin dipisahkan dari tradisi intelektual peradaban-peradaban terdahulu yang telah maju sebelum munculnya Islam. Berikut ini adalah beberapa kota yang merupakan pusat kegiatan intelektual sebelum dan menjelang datangnya Islam, yang berperan sebagai jembatan dalam proses penyerapan ilmu pengetahuan oleh umat islam.
Selama 350 tahun pertama (750-1258) kejayaan tersebut didominasi dan secara mutlak dikuasai sarjana-sarjana muslim. Sementara beberapa pusat kegiatan intelektual pra islam diluar Arabia yang berperan besar memajukan pendidikan didunia muslim dapat digambarkan sebagai berikut. Bahwa kemajuan pengetahuan dalam Islam tidaklah mungkin dipisahkan dari tradisi intelektual peradaban-peradaban terdahulu yang telah maju sebelum munculnya Islam. Berikut ini adalah beberapa kota yang merupakan pusat kegiatan intelektual sebelum dan menjelang datangnya Islam, yang berperan sebagai jembatan dalam proses penyerapan ilmu pengetahuan oleh umat islam.
1. Athena
Sebagai sebuah kota yang berada
dibawah kekuasaan kerajaan besar Romawi Timur, Athena mengalami kemakmuran dan
kemajuan budaya, serta menjadi salah satu pusat kegiatan intelektual Romawi.
Sejumlah pusat pendidikan berdiri, filsafat dan ilmu-ilmu lain berkembang
dengan baik. Dikota inilah Plato hidup dan mendirikan sebuah Akademi Filsafat
yang belakangan berkembang menjadi museum Athena, tempat sejumlah ilmuwan dari
berbagai bangsa dan agama mengembangkan ilmu pengetahuan. Pada tahun 529M.
Kaisar Romawi Timur menutup Museum Athena dan sekolah-sekolah lain dan menutup
Athena bagi filosof dan ilmuwan yang sebelumnya bebas keluar masuk atau menetap
disana. Penutupan ini dilatarbelakangi oleh berbagai alasan, termasuk pandangan
agama kaisar yang tidak terlalu menghormati ilmu pengetahuan dan ilmu-ilmu
ekonomi. Hal itu menyebabkan para filosof dan ilmuwan memutuskan untuk pindah
ke kota-kota lain di pantai sebelah Meditteranian karena kehilangan kebebasan
akademis dan fasilitas di Athena. Eksodus ilmuwan ini membawa mereka lebih
dekat ke Semenanjung Arabia tempat Islam akan lahir dan berkembang.
2. Aleksandria
Sebuah kota kuno dibangun
sekitar abad ke 3 S.M. dan terletak di pantai Laut Tengah. Sama halnya dengan
Athena, kota ini dulunya berada dibawah kekuasaan Romawi sampai menjelang
datangnya Islam. Sejak abad pertama Masehi, Aleksandria telah menjadi pusat
berkembangnya filsafat dan ilmu pengetahuan Yunani bersama dengan pengetahuan
yang berasal dari India dan Cina maupun Mesir Kuno sendiri. Dukungan yang
diberikan oleh para kaisar di Konstantinopel melatarbelakangi kemajuan
Aleksandria yang berlangsung sekitar 5 abad. Kejayaan ini didukung oleh
ilmuwan-ilmuwan besar seperti Euclid dan Ptolemy dan sejumlah sarjana lain yang
berasal dari beraneka latar belakang bangsa dan agama. Fanatisme agama
tanpaknya berperan besar dalam proses kemunduran kegiatan ilmiah di
Aleksandria. Sejak awal abad ke 5M, kegiatan intelektual dikota ini terus
mengalami kemunduran sehingga pada saat penaklukan Islam oleh Jenderal Amrbin
Al-Ash yang tersisa dari Museum Aleksandria hanyalah bagian kecil dari lembaga yang
dulunya megah dilengkapi ruang-ruang belajar, perpustakaan besar, dan
observatorium raksasa. Dengan mundurnya Aleksandria ditambah dengna apresiasi
yang rendah terhadap kegiatan ilmiah, sejumlah besar ilmuwan meninggalkan
Aleksandria dan pindah ke daerah yang berada di bawah naungan kerajaan
Sasaniyah, tempat kebebasan intelektual dijamin bagi seluruh ilmuwan tanpa
mempersoalkan afilasi keagamaannya.
3. Edessa, Harran, dan Nisibis
Seperti disebut terdahulu,
kemunduran Aleksandria mengakibatkan eksodus ilmuwan. Di antara kota-kota yang
menjadi tujuan mereka adalah Edessa dan Haran tempat kebudayaan Syiria dan yang
paling dominan. Perbedaan mendasar dari kedua pusat intelektual ini adalah
dominasi ilmuwan Kristen Nestoris atas Edessa, sementara Harran didominasi oleh
ilmuwan non Kristen. Dari Edessa dan Harran pusat kegiatan intelektual bergeser
ke kota Nissibis (masih di Mesopotamia Utara). Akademi Edessa ditutup atas
perintah Kaisar Romawi pada 489 M. Menurut Nakosteen, pada paruh pertama abad
ke 6M. Nisisbis mempunyai akademi pendidikan tinggi terbaik didunia. Di sinilah
berlangsung proses penerjemahan besar-besaran dari bahasa Yunani dan
Sansekertake dalam bahasa Pahlava (persia Lama) dan Syiria. Karya-karya yang
diterjemahkan mencakup matematika, kedokteran, astronomi, dan filsafat. Proses
ini melibatkan ilmuwan-ilmuwan Syiria, Yahudi, dan Persia.
4. Jundi Syapur
Sejarah Jundi Syapur konon
kembali ke masa pra sejarah, ketika kota ini masih bernama Genta Sapairta
(Taman nan Indah). Tetapi posisi Jundi Syapur semakin penting pada masa
kekuasaan Sasaniyah, ketika Raja Syapur II (310-379 M) memperluas kota ini dan
membangun sebuah lembaga pendidikan tinggi yang kemudian membuat Jundi Syapur
menjadi kota intelektual terpenting di daerah kekuasaan Sasaniyah dan kerajaan
Romawi. Kota-kota lain adalah Heart, Marw, dan Smarkand. Perlu diungkapkan
bahwa sebelum masa Sasaniyah, bangsa Persia telah berusaha mengembangkan ilmu
pengetahuan yang berasal dari Babilonia dan India terutama matematika dan
musik.
Akumulasi pengetahuan dari
kegiatan awal ini kemudian menjadi fondasi intelektual dari Akademi Jundi
Syapur yang mencapai puncak kejayaan pada abad ke 6. Sikap memusuhi ilmu
pengetahuan yang tumbuh di daerah kekuasaan Romawi dengan akibat ditutupnya
berbagai pusat kegiatan ilmiah, secara langsung menguntungkan Jundi Syapur.
Banyak ilmuwan Kristen dari Athena yang pindah ke Jundi Syapur dimana kebebasan
ilmiah dijamin, bahkan didorong oleh para raja Sasaniyah. Kondisi ini menarik
ilmuwan-ilmuwan dari berbagai daerah untuk datang ke kota ini. Meski tak
mengecualikan disiplin-disiplin lain, ilmu kedokteran adalah bidang yang paling
terkenal. Akademi Jundi Syapur dilengkapi dengan sebuah rumah sakit yang para
dokternya mempraktikan hasil-hasil penelitian teoritis mereka.
Dalam konteks ini, kejayaan
Jundi Syapur berlanjut sampai akhir abad 4-10 dan berfungsi sebagai jalur utama
masuknya warisan-warisan pengetahuan dari peradaban kuno kedalam peradaban
Islam. Disamping kegiatan-kegiatan dibidang filsafat dan ilmu pengetahuan, Jundi
Syapur juga berperan dalam proses penerjemahan Sansekerta ke Pahlavi. Contoh
paling terkenal dari kegiatan ini adalah Kalilah waDimmah yang diterjemahkan
oleh Ibn Al Muqaffa.
5. India dan Timur Jauh
India dan Timur jauh mempunyai
pengaruh yang lebih sedikit dan tidak langsung pada perkembangan ilmu
pengetahuan dalam islam sebab letak geografisnya yang relatif jauh dari Arabia.
Namun daerah ini telah membuat beberapa kemajuan ilmiah sepanjang abad 6, abad
menjelang datangnya islam. India membuat kemajuan berharga di bidang matemika
lewat ilmuwan yg bernama Varahamihira. Kemajuan di bidang ilmu bahasa juga
terjadi di India.
Berikut adalah uraian sejarah
perkembangan pendidikan islam di dunia muslim.
Akhir periode Madinah sampai dengan 4 H, fase pertama pendidikan Islam sekolah masih di masjid-masjid dan rumah-rumah dengan ciri hafalan namun sudah dikenalkan logika. Selama abad ke 5 H, selama periode khalifah ‘Abbasiyah sekolah-sekolah didirikan di kota-kota dan mulai menempati gedung-gedung besar dan mulai bergeser dari matakuliah yang bersifat spiritual ke matakuliah yang bersifat intelektual, ilmu alam dan ilmu sosial.
Akhir periode Madinah sampai dengan 4 H, fase pertama pendidikan Islam sekolah masih di masjid-masjid dan rumah-rumah dengan ciri hafalan namun sudah dikenalkan logika. Selama abad ke 5 H, selama periode khalifah ‘Abbasiyah sekolah-sekolah didirikan di kota-kota dan mulai menempati gedung-gedung besar dan mulai bergeser dari matakuliah yang bersifat spiritual ke matakuliah yang bersifat intelektual, ilmu alam dan ilmu sosial.
Berdirinya sistem madrasah
justru menjadi titik balik kejayaan. Sebab madrasah dibiayai dan diprakarsai
negara. Kemudian madrasah menjadi alat penguasa untuk mempertahankan
doktrin-doktrin terutama oleh kerajaan Fatimah di Kairo.
Pengaruh al-Ghazali (1085-1111 M) disebut sebagai awal terjadi pemisahan ilmu agama dengan ilmu umum. Ada beberapa kota yang menjadi pusat kajian Islam di zamannya, yakni Nisyapur, Baghdad, Kairo, Damaskus, dan Jerussalem. Ada empat perguruan tinggi tertua di dunia Muslim yakni: (1) Nizhamiyah di Baghdad, (2) al-Azhar di Kairo Mesir, (3) Cordova, dan (4) Kairwan Amir Nizam al-Muluk di Maroko. Sejarah singkat masing-masing pusat studi Islam ini digambarkan sebagai berikut:
Nizhamiyah di Baghdad
Pengaruh al-Ghazali (1085-1111 M) disebut sebagai awal terjadi pemisahan ilmu agama dengan ilmu umum. Ada beberapa kota yang menjadi pusat kajian Islam di zamannya, yakni Nisyapur, Baghdad, Kairo, Damaskus, dan Jerussalem. Ada empat perguruan tinggi tertua di dunia Muslim yakni: (1) Nizhamiyah di Baghdad, (2) al-Azhar di Kairo Mesir, (3) Cordova, dan (4) Kairwan Amir Nizam al-Muluk di Maroko. Sejarah singkat masing-masing pusat studi Islam ini digambarkan sebagai berikut:
Nizhamiyah di Baghdad
Perguruan Tinggi Nizhamiyah di
Baghdad berdiri pada tahun 455 H / 1063 M. Perguruan tinggi ini dilengkapi
dengan perpustakaan yang terpandang kaya raya di Baghdad, yakni Bait-al-Hikmat,
yang dibangun oleh al-Makmun (813-833 M). Salah seorang ulama besar yang pernah
mengajar disana, adalah ahli pikir Islam terbesar Abu Hamid al-Ghazali
(1058-1111 M) yang kemudian terkenal dengan sebutan imam Ghazali.
Perguruan tinggi tertua di Baghdad ini hanya sempat hidup selama hampir dua abad. Yang pada akhirnya hancur akibat penyerbuan bangsa Mongol dibawah pimpinan Hulagu Khan pada tahun 1258 M.
Perguruan tinggi tertua di Baghdad ini hanya sempat hidup selama hampir dua abad. Yang pada akhirnya hancur akibat penyerbuan bangsa Mongol dibawah pimpinan Hulagu Khan pada tahun 1258 M.
Al-Azhar di Kairo Mesir
Panglima Besar Juhari al-Siqili
pada tahun 362 H/972 M membangun Perguruan Tinggi al-Azhar dengan kurikulum
berdasarkan ajaran sekte Syiah. Pada masa pemerintahan al-Hakim Biamrillah
khalifah keenam dari Daulat Fathimiah, ia pun membangun perpustakaan terbesar
di al-Qahira untuk mendampingi Perguruan tinggi al-Azhar, yang diberi nama
Bait-al-hikmat (Balai Ilmu Pengetahuan), seperti nama perpustakaan terbesar di
Baghdad.
Pada tahun 567 H/1171 M daulat
Fathimiah ditumbangkan oleh Sultan Salahuddin al-Ayyubi yang mendirikan Daulat
al-Ayyubiah (1171-1269 M) dan menyatakan tunduk kembali kepada Daulat Abbasiyah
di Baghdad. Kurikulum pada Perguruan Tinggi al-Azhar lantas mengalami
perombakan total, dari aliran Syiah kepada aliran Sunni. Ternyata Perguruan
Tinggi al-Azhar ini mampu hidup terus sampai sekarang, yakni sejak abad ke-10 M
sampai abad ke-20 dan tampaknya akan tetap selama hidupnya.
Universitas al-Azhar dapat dibedakan menjadi dua periode: pertama, periode sebelum tahun 1961 dan kedua, periode setelah tahun 1961. Pada periode pertama, fakultas-fakultas yang ada sama dengan fakultas-fakultas di IAIN, sedangkan setelah tahun 1961, di universitas ini diselenggarakan fakultas-fakultas umum disamping fakultas agama.
Universitas al-Azhar dapat dibedakan menjadi dua periode: pertama, periode sebelum tahun 1961 dan kedua, periode setelah tahun 1961. Pada periode pertama, fakultas-fakultas yang ada sama dengan fakultas-fakultas di IAIN, sedangkan setelah tahun 1961, di universitas ini diselenggarakan fakultas-fakultas umum disamping fakultas agama.
Perguruan Tinggi Cordova
Adapun sejarah singkat Cordova
dapat digambarkan demikian, bahwa ditangan daulat Ummayah semenanjung Iberia
yang sejak berabad-abad terpandang daerah minus, berubah menjadi daerah yang
makmur dan kaya raya. Pada masa berikutnya Cordova menjadi pusat ilmu dan
kebudayaan yang gilang gemilang sepanjang Zaman Tengah. The Historians history
of the World, menulis tentang perikeadaan pada masa pemerintahan Amir
Abdurrahman I yang merupakan pusat intelektual di Eropa dan dikagumi
kemakmurannya. Sejarah mencatat, sebagai contoh, bahwa Aelhoud dari Bath
(Inggris) belajar ke Cordova pada tahun 1120 M, dan pelajaran yang dutuntutnya
ialah geometri, algebra (aljabar), matematik. Gerard dari Cremonia belajar ke
Toledo seperti halnya Adelhoud ke Cordova. Begitu pula tokoh-tokoh lainnya.
Kairwan
Amir Nizam al-Muluk di Maroko
Perguruan
tinggi ini berada di kota Fez (Afrika Barat) yang dibangun pada tahun 859 M
oleh puteri seorang saudagar hartawan di kota Fez, yang berasal dari Kairwan
(Tunisia). Pada tahun 305 H/918 M perguruan tinggi ini diserahkan kepada
pemerintah dan sejak itu menjadi perguruan tinggi resmi, yang perluasan dan
perkembangannya berada di bawah pengawasan dan pembiayaan negara. Seperti
halnya Perguruan tinggi al-Azhar, perguruan tinggi Kairwan masih tetap hidup
sampai kini. Diantara sekian banyak alumninya adalah pejuang nasionalis muslim
terkenal. Penyebab utama kemunduran dunia muslim khususnya di bidang ilmu
pengetahuan adalah terpecahnya kekuatan politik yang digoyang oleh tentara
bayaran Turki. Kemudian dalam kondisi demikian datang musuh dengan membawa
bendera perang salib. Baghdad sebagai pusat ilmu pengetahuan ketika itu
dihancurkan Hulaghu Khan 1258 M. Pusat-pusat studi termasuk yang dihancurkan
Hulaghu. Apa yang digambarkan diatas
merupakan rekaman sejarah masa lalu, yang mungkin masih eksis sampai sekarang,
tidak menutup kemungkinan itu sudah tinggal nama. Atau namanya masih eksis
samapi sekarang namun kelasnya tidak sehebat masa lalu. Misal Al-Azhar yang
masih eksis sampai sekarang dan muncul dua saingannya yakni Universitas Fu’ad
I, yang sekarang bernama Universitas Kairo dan Universitas Syams yang merupakan
pengembangan dari Darul Ulum. Kedua universitas ini mengadopsi ide-ide Muhammad
‘Abduh, sementara Universitas Al-Azhar dikenal banyak menolak
pemikiran-pemikiran ‘Abduh.
DAFTAR PUSTAKA
Nasution, Khoruddin, Dr., MA., Pengantar Studi Islam,
Yogyakarta: ACAdeMIA + TAZZAFA. 2004.
0 komentar:
Posting Komentar