Pages

Rabu, 24 Oktober 2012

Sejarah Perkembangan Studi Islam di Dunia Muslim



PEMBAHASAN
Sejarah Perkembangan Studi Islam di Dunia Muslim
Studi Islam di dunia Islam sama dengan menyebut studi Islam di dunia muslim. Dalam sejarah muslim dicatat sejumlah lembaga kajian Islam di sejumlah kota. Maka uraian berikut adalah sejarah perkembangan studi Islam di dunia muslim.
Selama 350 tahun pertama (750-1258) kejayaan tersebut didominasi dan secara mutlak dikuasai sarjana-sarjana muslim. Sementara beberapa pusat kegiatan intelektual pra islam diluar Arabia yang berperan besar memajukan pendidikan didunia muslim dapat digambarkan sebagai berikut. Bahwa kemajuan pengetahuan dalam Islam tidaklah mungkin dipisahkan dari tradisi intelektual peradaban-peradaban terdahulu yang telah maju sebelum munculnya Islam. Berikut ini adalah beberapa kota yang merupakan pusat kegiatan intelektual sebelum dan menjelang datangnya Islam, yang berperan sebagai jembatan dalam proses penyerapan ilmu pengetahuan oleh umat islam.
1.       Athena
Sebagai sebuah kota yang berada dibawah kekuasaan kerajaan besar Romawi Timur, Athena mengalami kemakmuran dan kemajuan budaya, serta menjadi salah satu pusat kegiatan intelektual Romawi. Sejumlah pusat pendidikan berdiri, filsafat dan ilmu-ilmu lain berkembang dengan baik. Dikota inilah Plato hidup dan mendirikan sebuah Akademi Filsafat yang belakangan berkembang menjadi museum Athena, tempat sejumlah ilmuwan dari berbagai bangsa dan agama mengembangkan ilmu pengetahuan. Pada tahun 529M. Kaisar Romawi Timur menutup Museum Athena dan sekolah-sekolah lain dan menutup Athena bagi filosof dan ilmuwan yang sebelumnya bebas keluar masuk atau menetap disana. Penutupan ini dilatarbelakangi oleh berbagai alasan, termasuk pandangan agama kaisar yang tidak terlalu menghormati ilmu pengetahuan dan ilmu-ilmu ekonomi. Hal itu menyebabkan para filosof dan ilmuwan memutuskan untuk pindah ke kota-kota lain di pantai sebelah Meditteranian karena kehilangan kebebasan akademis dan fasilitas di Athena. Eksodus ilmuwan ini membawa mereka lebih dekat ke Semenanjung Arabia tempat Islam akan lahir dan berkembang.
2. Aleksandria
Sebuah kota kuno dibangun sekitar abad ke 3 S.M. dan terletak di pantai Laut Tengah. Sama halnya dengan Athena, kota ini dulunya berada dibawah kekuasaan Romawi sampai menjelang datangnya Islam. Sejak abad pertama Masehi, Aleksandria telah menjadi pusat berkembangnya filsafat dan ilmu pengetahuan Yunani bersama dengan pengetahuan yang berasal dari India dan Cina maupun Mesir Kuno sendiri. Dukungan yang diberikan oleh para kaisar di Konstantinopel melatarbelakangi kemajuan Aleksandria yang berlangsung sekitar 5 abad. Kejayaan ini didukung oleh ilmuwan-ilmuwan besar seperti Euclid dan Ptolemy dan sejumlah sarjana lain yang berasal dari beraneka latar belakang bangsa dan agama. Fanatisme agama tanpaknya berperan besar dalam proses kemunduran kegiatan ilmiah di Aleksandria. Sejak awal abad ke 5M, kegiatan intelektual dikota ini terus mengalami kemunduran sehingga pada saat penaklukan Islam oleh Jenderal Amrbin Al-Ash yang tersisa dari Museum Aleksandria hanyalah bagian kecil dari lembaga yang dulunya megah dilengkapi ruang-ruang belajar, perpustakaan besar, dan observatorium raksasa. Dengan mundurnya Aleksandria ditambah dengna apresiasi yang rendah terhadap kegiatan ilmiah, sejumlah besar ilmuwan meninggalkan Aleksandria dan pindah ke daerah yang berada di bawah naungan kerajaan Sasaniyah, tempat kebebasan intelektual dijamin bagi seluruh ilmuwan tanpa mempersoalkan afilasi keagamaannya.
3. Edessa, Harran, dan Nisibis
Seperti disebut terdahulu, kemunduran Aleksandria mengakibatkan eksodus ilmuwan. Di antara kota-kota yang menjadi tujuan mereka adalah Edessa dan Haran tempat kebudayaan Syiria dan yang paling dominan. Perbedaan mendasar dari kedua pusat intelektual ini adalah dominasi ilmuwan Kristen Nestoris atas Edessa, sementara Harran didominasi oleh ilmuwan non Kristen. Dari Edessa dan Harran pusat kegiatan intelektual bergeser ke kota Nissibis (masih di Mesopotamia Utara). Akademi Edessa ditutup atas perintah Kaisar Romawi pada 489 M. Menurut Nakosteen, pada paruh pertama abad ke 6M. Nisisbis mempunyai akademi pendidikan tinggi terbaik didunia. Di sinilah berlangsung proses penerjemahan besar-besaran dari bahasa Yunani dan Sansekertake dalam bahasa Pahlava (persia Lama) dan Syiria. Karya-karya yang diterjemahkan mencakup matematika, kedokteran, astronomi, dan filsafat. Proses ini melibatkan ilmuwan-ilmuwan Syiria, Yahudi, dan Persia.
4. Jundi Syapur
Sejarah Jundi Syapur konon kembali ke masa pra sejarah, ketika kota ini masih bernama Genta Sapairta (Taman nan Indah). Tetapi posisi Jundi Syapur semakin penting pada masa kekuasaan Sasaniyah, ketika Raja Syapur II (310-379 M) memperluas kota ini dan membangun sebuah lembaga pendidikan tinggi yang kemudian membuat Jundi Syapur menjadi kota intelektual terpenting di daerah kekuasaan Sasaniyah dan kerajaan Romawi. Kota-kota lain adalah Heart, Marw, dan Smarkand. Perlu diungkapkan bahwa sebelum masa Sasaniyah, bangsa Persia telah berusaha mengembangkan ilmu pengetahuan yang berasal dari Babilonia dan India terutama matematika dan musik.
Akumulasi pengetahuan dari kegiatan awal ini kemudian menjadi fondasi intelektual dari Akademi Jundi Syapur yang mencapai puncak kejayaan pada abad ke 6. Sikap memusuhi ilmu pengetahuan yang tumbuh di daerah kekuasaan Romawi dengan akibat ditutupnya berbagai pusat kegiatan ilmiah, secara langsung menguntungkan Jundi Syapur. Banyak ilmuwan Kristen dari Athena yang pindah ke Jundi Syapur dimana kebebasan ilmiah dijamin, bahkan didorong oleh para raja Sasaniyah. Kondisi ini menarik ilmuwan-ilmuwan dari berbagai daerah untuk datang ke kota ini. Meski tak mengecualikan disiplin-disiplin lain, ilmu kedokteran adalah bidang yang paling terkenal. Akademi Jundi Syapur dilengkapi dengan sebuah rumah sakit yang para dokternya mempraktikan hasil-hasil penelitian teoritis mereka.
Dalam konteks ini, kejayaan Jundi Syapur berlanjut sampai akhir abad 4-10 dan berfungsi sebagai jalur utama masuknya warisan-warisan pengetahuan dari peradaban kuno kedalam peradaban Islam. Disamping kegiatan-kegiatan dibidang filsafat dan ilmu pengetahuan, Jundi Syapur juga berperan dalam proses penerjemahan Sansekerta ke Pahlavi. Contoh paling terkenal dari kegiatan ini adalah Kalilah waDimmah yang diterjemahkan oleh Ibn Al Muqaffa.
5. India dan Timur Jauh
India dan Timur jauh mempunyai pengaruh yang lebih sedikit dan tidak langsung pada perkembangan ilmu pengetahuan dalam islam sebab letak geografisnya yang relatif jauh dari Arabia. Namun daerah ini telah membuat beberapa kemajuan ilmiah sepanjang abad 6, abad menjelang datangnya islam. India membuat kemajuan berharga di bidang matemika lewat ilmuwan yg bernama Varahamihira. Kemajuan di bidang ilmu bahasa juga terjadi di India.
Berikut adalah uraian sejarah perkembangan pendidikan islam di dunia muslim.
Akhir periode Madinah sampai dengan 4 H, fase pertama pendidikan Islam sekolah masih di masjid-masjid dan rumah-rumah dengan ciri hafalan namun sudah dikenalkan logika. Selama abad ke 5 H, selama periode khalifah ‘Abbasiyah sekolah-sekolah didirikan di kota-kota dan mulai menempati gedung-gedung besar dan mulai bergeser dari matakuliah yang bersifat spiritual ke matakuliah yang bersifat intelektual, ilmu alam dan ilmu sosial.
Berdirinya sistem madrasah justru menjadi titik balik kejayaan. Sebab madrasah dibiayai dan diprakarsai negara. Kemudian madrasah menjadi alat penguasa untuk mempertahankan doktrin-doktrin terutama oleh kerajaan Fatimah di Kairo.
Pengaruh al-Ghazali (1085-1111 M) disebut sebagai awal terjadi pemisahan ilmu agama dengan ilmu umum. Ada beberapa kota yang menjadi pusat kajian Islam di zamannya, yakni Nisyapur, Baghdad, Kairo, Damaskus, dan Jerussalem. Ada empat perguruan tinggi tertua di dunia Muslim yakni: (1) Nizhamiyah di Baghdad, (2) al-Azhar di Kairo Mesir, (3) Cordova, dan (4) Kairwan Amir Nizam al-Muluk di Maroko. Sejarah singkat masing-masing pusat studi Islam ini digambarkan sebagai berikut:
Nizhamiyah di Baghdad
Perguruan Tinggi Nizhamiyah di Baghdad berdiri pada tahun 455 H / 1063 M. Perguruan tinggi ini dilengkapi dengan perpustakaan yang terpandang kaya raya di Baghdad, yakni Bait-al-Hikmat, yang dibangun oleh al-Makmun (813-833 M). Salah seorang ulama besar yang pernah mengajar disana, adalah ahli pikir Islam terbesar Abu Hamid al-Ghazali (1058-1111 M) yang kemudian terkenal dengan sebutan imam Ghazali.
Perguruan tinggi tertua di Baghdad ini hanya sempat hidup selama hampir dua abad. Yang pada akhirnya hancur akibat penyerbuan bangsa Mongol dibawah pimpinan Hulagu Khan pada tahun 1258 M.
Al-Azhar di Kairo Mesir
Panglima Besar Juhari al-Siqili pada tahun 362 H/972 M membangun Perguruan Tinggi al-Azhar dengan kurikulum berdasarkan ajaran sekte Syiah. Pada masa pemerintahan al-Hakim Biamrillah khalifah keenam dari Daulat Fathimiah, ia pun membangun perpustakaan terbesar di al-Qahira untuk mendampingi Perguruan tinggi al-Azhar, yang diberi nama Bait-al-hikmat (Balai Ilmu Pengetahuan), seperti nama perpustakaan terbesar di Baghdad.
Pada tahun 567 H/1171 M daulat Fathimiah ditumbangkan oleh Sultan Salahuddin al-Ayyubi yang mendirikan Daulat al-Ayyubiah (1171-1269 M) dan menyatakan tunduk kembali kepada Daulat Abbasiyah di Baghdad. Kurikulum pada Perguruan Tinggi al-Azhar lantas mengalami perombakan total, dari aliran Syiah kepada aliran Sunni. Ternyata Perguruan Tinggi al-Azhar ini mampu hidup terus sampai sekarang, yakni sejak abad ke-10 M sampai abad ke-20 dan tampaknya akan tetap selama hidupnya.
Universitas al-Azhar dapat dibedakan menjadi dua periode: pertama, periode sebelum tahun 1961 dan kedua, periode setelah tahun 1961. Pada periode pertama, fakultas-fakultas yang ada sama dengan fakultas-fakultas di IAIN, sedangkan setelah tahun 1961, di universitas ini diselenggarakan fakultas-fakultas umum disamping fakultas agama.
Perguruan Tinggi Cordova
Adapun sejarah singkat Cordova dapat digambarkan demikian, bahwa ditangan daulat Ummayah semenanjung Iberia yang sejak berabad-abad terpandang daerah minus, berubah menjadi daerah yang makmur dan kaya raya. Pada masa berikutnya Cordova menjadi pusat ilmu dan kebudayaan yang gilang gemilang sepanjang Zaman Tengah. The Historians history of the World, menulis tentang perikeadaan pada masa pemerintahan Amir Abdurrahman I yang merupakan pusat intelektual di Eropa dan dikagumi kemakmurannya. Sejarah mencatat, sebagai contoh, bahwa Aelhoud dari Bath (Inggris) belajar ke Cordova pada tahun 1120 M, dan pelajaran yang dutuntutnya ialah geometri, algebra (aljabar), matematik. Gerard dari Cremonia belajar ke Toledo seperti halnya Adelhoud ke Cordova. Begitu pula tokoh-tokoh lainnya.
Kairwan Amir Nizam al-Muluk di Maroko
Perguruan tinggi ini berada di kota Fez (Afrika Barat) yang dibangun pada tahun 859 M oleh puteri seorang saudagar hartawan di kota Fez, yang berasal dari Kairwan (Tunisia). Pada tahun 305 H/918 M perguruan tinggi ini diserahkan kepada pemerintah dan sejak itu menjadi perguruan tinggi resmi, yang perluasan dan perkembangannya berada di bawah pengawasan dan pembiayaan negara. Seperti halnya Perguruan tinggi al-Azhar, perguruan tinggi Kairwan masih tetap hidup sampai kini. Diantara sekian banyak alumninya adalah pejuang nasionalis muslim terkenal. Penyebab utama kemunduran dunia muslim khususnya di bidang ilmu pengetahuan adalah terpecahnya kekuatan politik yang digoyang oleh tentara bayaran Turki. Kemudian dalam kondisi demikian datang musuh dengan membawa bendera perang salib. Baghdad sebagai pusat ilmu pengetahuan ketika itu dihancurkan Hulaghu Khan 1258 M. Pusat-pusat studi termasuk yang dihancurkan Hulaghu. Apa yang digambarkan diatas merupakan rekaman sejarah masa lalu, yang mungkin masih eksis sampai sekarang, tidak menutup kemungkinan itu sudah tinggal nama. Atau namanya masih eksis samapi sekarang namun kelasnya tidak sehebat masa lalu. Misal Al-Azhar yang masih eksis sampai sekarang dan muncul dua saingannya yakni Universitas Fu’ad I, yang sekarang bernama Universitas Kairo dan Universitas Syams yang merupakan pengembangan dari Darul Ulum. Kedua universitas ini mengadopsi ide-ide Muhammad ‘Abduh, sementara Universitas Al-Azhar dikenal banyak menolak pemikiran-pemikiran ‘Abduh.


DAFTAR PUSTAKA
Nasution, Khoruddin, Dr., MA., Pengantar Studi Islam, Yogyakarta: ACAdeMIA + TAZZAFA. 2004.

sejarah perkembangan bani abbasiyah




BAB I
PENDAHULUAN
Kemajuan kebudayaan islam pada masa Daulah Abbasiyah sering dianggap sebagai sebuah nostalgia untuk umat islam, yang tidak akan terwujud lagi dizaman sekarang. Kemajuan baik dalam segala bidang, sekarang dimiliki oleh Barat, dan dengan berbagai upaya Barat tetap mempertahanksn. Namun, tentu  tidak akan menjadi nostalgia ketika faktor-faktor penyebab Daulah Abbasiyah mencapai kejayaan tersebut  juga sedikit-demi sedikit  kembali dipegang dan dimiliki lagi oleh umat islam. Dibalik kemajuan yang sekarang dimiliki oleh Barat, sungguh tidak dapat dipungkiri kontribusi umat islam yang sangat besar untuk  mewujudkannya, walaupun sekarang terkadang dikaburkan kalau tidak boleh dikatakan dihilangkan kontribusi tersebut. Supaya seolah-olah kemajuan kebudayaan Barat adalah dengan diri sendiri, tidak ada sumbangsih  dari kebudayaan/peradaban Islam.
Membangkitkan kepercayaan umat  Islam akan potensi dan kekuatan diri sendiri itu merupakan upaya tersendiri. Salah satu caranya tiada lain melalui pembacaan sejarah kembali tentang masa-masa kemajuan kebudayaan islam tersebut. Oleh karena itu kami mencoba menarik dan menggali kembali kemajuan-kemajuan peradaban islam itu dalam tulisan ini. Agar nantinya bisa diambil hikah serta semangatnya oleh para pembaca sekalian.



BAB II
PEMBAHASAN
A.  Sejarah Berdirinya Bani Abbasiyah
Berdirinya dinasti abbasiyah tak bisa dilepaskan dari muncuknya berbagai masalah di periode-periode akhir dinasti ummayah. Masalah masalah tersebut kemudian bertemu dengan masalah yang lain yang memiliki keterkaitan. Ketidak puasan di sana-sini yang ditampakkan lewat berbagai macam pemberontakanjelas menjadi pekerjaan rumah yang serius bagi kelangsungan hidup bani ummayah, yang kemudian menjadi momentum yang tepat untuk menjatuhkan dinasti ummayah yang dimotori oleh abu al-abbas al-saffah.[1]
Pada saat yang sama pula banyak ketidak puasan akan pemerintahan yang dibawa oleh para khalifah bani ummayah, kemudian muncullah gerakan propaganda untuk menjatuhkan daulah bani ummayah dari kekuasan. Gerakan yang digalang keluarga al-abbas ini awalnya bersifat rahasia  kemudian berlanjut secar terang-terangan, setelah dirasa mempunyai kekuatan dan dukungan dari rakyat. Setelah perjuangan bani abbas menuju tampuk kekuasaan dan tidak ditutup-tutupi lagi, terjadilah pertempuran antara abu muslim dari bani abbasiyah menggempur khalifah marwan dari daulah bani ummayah, yang kemudian ditandai dengan terbunuhnya khalifah marwan di mesir. Dengan demikian berakhirlah riwayat dinasti ummayah dan lahirlah dinasti abbasiyah.[2]
Pada masa ini peradaban islam mengalami banyak kemajuan. Hal itu ditandai dengan dengan ilmu pengetahuan , yang diawali dengan penerjemahan naskah-naskah asing terutama yang berbahasa yunani kedalam bahasa arab, pendirian pusat pengembangan ilmu dan pengetahuan dan keagamaan sebagai buah dari kebebasan berpikir. Imperium kedua dalam di dunia islam yang menggantikan daulah ummayah ini ini setelah terjadi revolusi sosial yang dipelopori oleh para keturunan bani abbas yang tak luput oleh dukungan golongan oposisi terhadap bani ummayah seperti kaum syiah, khawarij, qadariyah, mawali, dan suku arab bagian selatan. 
Kemajuan peradaban abbasiyah sebagiannya disebabkan oleh stabilitas politik dan kemakmuran ekonomi kerajaan ini. Pusat kekuasaan abbasiyah berada di baghdad. Daerah ini bertumpu pada pertanian dengan sistem kanan dan irigasi di sungai eufrat dan tigris yang mengalir sampai teluk persia. Perdangan juga menjadi tumpuan kehidupan masyarakat baghhdad yang menjadi kota transit perdangan antar wilayah timur seperti persia, india, china dan nusantara.[3] Dan pada masa ini masyarakat islam juga mengalami kemajuan ilmu pengetahuan yang sangat pesat.
B.  Kemajuan-Kemajuan Kebudayaan Islam Pada Masa Abbasiyah
Sejarah telah mengukir bahwa pada masa dinasti abbasiyah, umat islam benar-benar berada di puncak kejayaan dan memimpin peradaban dunia pada saat itu. Masa pemerintahan ini merupakan golden age dalam perjalanan sejarah peradaban islam terutama pada masa khalifah harun al-rasyid dan khalifah al-makmun. Umat islam sesungguhnya telah banyak dipacu untuk mengembangkan dan memberikan inovasi serta kreativitas dalam upaya membawa umat kepada keutuhan dan kesempurnaan hidup. Dari perjalanan dan rentang sejarah, ternyata pergantian dinasti ummayah kepada dinasti abbasiyah tidak hanya pergantian kepemimpinan. Lebih dari itu, pergantian tersebut telah menorehkan wajah dunia islam dalam refleksi pengembangan wawasan dan disiplin ilmu pengetahuan.[4] Dimana peningkatan itu sempat menjadi kiblat bagi perkembangan keilmuan dunia pada saat itu.
1.    Kemajuan Di Bidang Keagamaan
Ilmu pengetahuan agama telah berkembang pada msa daulah bani ummayah. Namun pada masa dinasti abbasiyah, ia mengalami perkembangan  dan kemajuan yang luar biasa. Masa ini melahirkan ulama-ulama besar vternama dan karya-karya agung dalam berbagai bidangimu agama. Misalnya dalam bidang ilmu tafsir, ilmu hadits, ilm kalam, dan ilmu fiqih.[5]
a.    Ilmu Tafsir
Pada masa abbasiyah ini, ilmu tafsir mengakami perkembangan yang sangat pesat dengan dilakukannya penafsiran secara sistematis , berangkai dan menyeluruh serta terpisah dari hadis. Dan pada masa ini pula muncul beberapa lairan dengan tafsirnya masing-masing, seperti ahlusunnah, syi’ah, dan mu’tazilah.
Ahli tafsir yang terkenal pada bidang tafsir bi al ma’tsur masa ini adalah al subhi (w. 127 H), muqatil bin sulaiman (w. 150 H). sedangkan dari tafsir bi al ra’yi yang sebagian dipelopori oleh golongan mu’tazilah adalah abu bakar al ‘asham (w. 240 H) dan ibnu jarwi al’asadi (w. 387 H).
b.    Ilmu Hadis
Pada masa daulah bani abbasiyah, kegiatan dalam bidang pengkodifikasian hadis dilakukan pula dengan giat sebagai nkelanjutan dari usaha para ulama sebelumnya. Perlu diketahui bahwa pengkodifikasian hadis sebelum masa abbasiyah dilakukan tanpa mengadakan penyaringan, sehingga bercampur antara hadis nabi saw. Dan yang bukan nabi saw.. berkenaan dengan kaeutamaan hadis sebagai sumber kedua setelah al quran, maka para ulama islam pada masa abbasiyah ini berusaha semaksimal mungkin menyaring hadist-hadist rasululah agar diterima sebagai sumber hukum.
Para ulama hadis yang terkenal pada masa ini adalah imam bukhari (w. 256 H), dengan bukunya shahih bukhari. Kemudian abu muslim al jajjaj (w. 261 H) berasal dari nisabur dengan karyanya shahih muslim. Kemudian ibnu majah (w. 273 H), abu dawud (w. 275 H), al turmudzi (w. 279 H) dan an nasa’I (w. 303 H). karya-karya mereka dikenal dengan nama al kutubu al sittah.[6]
c.    Ilmu Kalam
Pada masa ini muncul ulama-ulama besar di bidang ilmu kalam, baik dari kalangan mu’tazilah maupun ahlusunnah waljama’ah. Dari kalangan mu’tazilah dikenal antara lain abu huzail al allaf (w. 235 H), al junnaj (w. 290 H0, al jahiz (w. 255 H), al nizam (w. 231 H). sedangkan dari golongan ahlusunnah wal jama’ah ada al asy’ari (w. 234 H), al baqillani (w. 497 H), al ghazali (w. 505 H) dan al maturudi (w. 333 H). Pengembangan ilmu kalam pada masa ini mempunyai peran yan cukup besar yaitu dalam menjaga akidah islam dengan menggunakan argumentasi manthiq dan filosofi rasional.
d.   Ilmu Fiqih
Diantara kebanggaan  zaman pemerintahan daulah bani abbasiyah adalah terdaptnya empat imam madzhab yang ulung ketika itu. Yang mereka itu adalah, imam syafi’I, imam malik, imam abu hanifah, dan imam ahmad bin hambal. Keempat imam madzhab tersebut dengan karya-karya mereka merupakan para ulama fikih yang paling agung dan tiada bandingannya di dunia islam waktu itu.
2.    Kemajuan Ilmu-Ilmu Umum
Pada masa pemerintahan daulah Abbasiyah mengalami kemajuan dalam bidang pengetahuan dan teknologi. Hal ini disebabkan para khalifah memfokuskan pada pengembangan pengetahuan dan teknologi. Mereka menterjemahkan berbagai karya-karya baik dari bahasa Yunani, Persia, dan lain-lain. Kemajuan bidang pengetahuan dan teknologi yang telah dicapai meliputi:
·      Geometri, perhatian cendekiawan muslim terhadap geometri dibuktikan oleh karya-karya matematika. Muhammad ibn Musa al-Khawarizmi telah menciptakan ilmu Aljabar. Kata al-Jabar berasal dari judul bukunya, al-Jabr wa al-Muqoibah. Ahli geometri muslim lain abad itu ialah Kamaluddin ibn Yunus, Abdul Malik asy-Syirazi yang telah menulis sebuah risalah tentang Conics karya Apollonius dan Muhammad ibnul Husain menulis sebuah risalah tentang “Kompas yang sempurna dengan memakai semua bentuk kerucut yang dapat digambar”. Juga al-Hasan al-Marrakusy telah menulis tentang geometri dan gromonics.
·      Trigonometri, pengantar kepada risalah astronomi dari Jabir ibnu Aflah dari Seville, ditulis oleh Islah al-Majisti pada pertengahan abad, berisi tentang teori-teori trigonometrikal. Dalam bidang astronomi terkenal nama al-Fazari sebagai astronom Islam yang pertama kali menyusun astrolobe. Al-Fargani yang dikenal di Eropa dengan nama al-Faragnus menulis ringkasan ilmu astronomi yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard Cremona dan Johannes Hispalensis.
·      Geografi, al-Mas’udi ahli dalam ilmu geografi diantara karyanya adalah Muuruj al-Zahab wa Ma’aadzin al-Jawahir.
·      Antidote (penawar racun), ibnu Sarabi menulis sebuah risalah elemen kimia penangkal racun dalam versi Hebrew dan Latin. Penerjemahan dalam bahasa Latin (mungkin suatu adaptasi atau pembesaran) terbukti menjadi lebih populer dan lebih berpengaruh daripada karya aslinya dalam bahasa Arab.
·      Di bidang kimia terkenal nama Jabir ibn Hayyan. Dia berpendapat bahwa logam seperti timah, besi dan tembaga dapat diubah menjadi emas atau perak dengan mencampurkan sesuatu zat tertentu.
·      Ilmu kedokteran dikenal nama al-Razi dan ibn Sina. Al-Razi adalah tokoh pertama yang membedakan antara penyakit cacar dengan measles. Dia juga orang pertama yang menyusun buku mengenai kedokteran anak. Sesudahnya ilmu kedokteran berada di tangan ibn Sina. Ibnu Sina yang juga seorang filosuf berhasil menemukan sistem peredaran darah pada manusia. Diantara karyanya adalah al-Qanun fi al-Thibb yang merupakan ensiklopedi kedokteran paling besar dalam sejarah.
·      Bidang optikal Abu Ali al-Hasan ibn al-Haitami, yang di Eropa dikenal dengan nama al-Hazen. Dia terkenal sebagai orang yang menentang pendapat bahwa mata mengirim cahaya ke benda yang dilihat. Menurut teorinya yang kemudian terbukti kebenarannya, bendalah yang mengirim cahaya ke mata.
·      Filsafat, tokoh yang terkenal adalah al-Farabi, ibn Sina dan ibn Rusyd. Al-Farabi banyak menulis buku tentang filsafat, logika, jiwa, kenegaraan, etika, dan interpretasi terhadap filsafat Aristoteles. Ibn Sina juga banyak mengarang buku tentang filsafat. Yang terkenal diantaranya ialah al-Syifa’. Ibn Rusyd yang di Barat lebih dikenal dengan nama Averroes, banyak berpengaruh di Barat dalam bidang filsafat, sehingga disana terdapat aliran yang disebut dengan Averroisme.[7]
3.    Kemajuan Bidang Kesenian
Kesenian yang berkembang pada masa dulah bani abbasiyah ini adalah musik. Banyak risalah musikal telah ditulis oleh tokoh dari sekolah Maragha, Nasiruddin Tusi dan Qutubuddin asy-Syirazi, tetapi lebih banyak teoritikus besar pada waktu itu adalah orang-orang Persia lainnya. Safiuddin adalah salah seorang penemu skala paling sistematis yang disebut paling sempurna dari yang pernah ditemukan.
C.  Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
a)      Para Khalifah tetap dari keturunan Arab, sedang para menteri, panglima, Gubernur dan para pegawai lainnya dipilih dari keturunan Persia dan mawali .
b)      Kota Baghdad digunakan sebagai ibu kota negara, yang menjadi pusat kegiatan politik, ekonomi sosial dan kebudayaan.
c)      Ilmu pengetahuan dipandang sebagai suatu yang sangat penting dan mulia.
Kebebasan berfikir sebagai HAM diakui sepenuhnya .
d)     Para menteri turunan Persia diberi kekuasaan penuh untuk menjalankan tugasnya.
e)      Stabilitas ekonomi dan politik pada masa pemerintahan Daulah Bani Abbasiyah.
f)       Banyak cendekiawan yang diangkat menjadi pegawai pemerintah dan istana, di samping menjadi wazir mereka juga menjadi pendidik anak-anak khalifah.



BAB III
KESIMPULAN
Daulah Abbasiyah merupakan lanjutan dari pemerintahan Daulah Umayyah.
Dinamakan Daulah Abbasiyah karena para pendirinya adalah keturunan Abbas, paman Nabi. Daulah Abbasiyah didirikan oleh Abdullah as-Safah. Kekuasaannya berlansung dari tahun 750-1258 M. Di dalam Daulah Bani Abbasiyah terdapat ciri-ciri yang menonjol yang tidak terdapat di zaman bani Umayyah, antara lain :
1.    Dengan berpindahnya ibu kota ke Baghdad, pemerintahan Bani Abbas menjadi jauh dari pengaruh Arab. Sedangkan Dinasti Bani Umayyah sangat berorientasi kepada Arab.
2.    Ketentaraan profesional baru terbentuk pada masa pemerintahan Bani Abbas.
Sebelumnya belum ada tentara Khusus yang profesional.
3.    Para ilmuwan yang lahir dari peradaban abbasiyah adalah para ilmuwan yang sangat dikenal di berbagai pelosok dunia. Buku-buku karya mereka juga menjadi acuan utama bagi para ilmuwan lainnya, baik di Barat maupun di Timur.
 Bidang Astronomi: Al-Fazari, Al- Fargani (Al-Faragnus), Jabir Batany, Musa bin Syakir, dan Abu Ja’far Muhammad.
·         Bidang Kedokteran: Ibnu Sina (Avicenna), Ibnu Masiwaihi, Ibnu Sahal, Ali bin Abbas, Al-Razi, Ibn Rusyd, dan Al-Zahawi.
·         Bidang Optika: Abu Ali al-Hasan ibn al-Haythani (al-Hazen).
·         Bidang Kimia: Jabir ibn Hayyan dan Ibn Baitar.
·         Bidang Matematika: Muhammad ibn Musa al-Khawarizmi, Tsabit ibn Qurrah al-Hirany, dan Musa bin Syakir.
·         Bidang Sejarah: Al-Mas’udi dan Ibn Sa’ad.
·         Bidang Filsafat: Al-Farabi, Ibn Sina, Ibn Rusyd, dan Musa bin Syakir.
·         Bidang Tafsir: Ibn Jarir ath Tabary, Ibn Athiyah al-Andalusy, Abu Bakar Asam, dan Ibn Jaru al-Asady.

DAFTAR PUSTAKA

Fu’adi, Imam. 2011 . Sejarah Peradaban Islam . Yogyakarta : Teras
Malik, Maman A. . 2005. Sejarah Kebudayaan Islam . Yogyakarta : Pokja Akademik
Rofiq, Choirul. 2009 . Sejarah Peradaban Islam . Ponorogo : STAIN Ponorogo Press



[1] Imam fu’adi, sejarah peradaban islam, (yogyakarta : teras, 2011) hlm. 105
[2] ibid, hlm. 111
[3] Maman A. malik dkk, sejarah kebudayaan islam , (yogyakarta : pokja akademik, 2005) hlm. 113
[4] Choirul rofiq, sejarah peradaban islam, (yogyakarta : nadi offset, 2009) hlm. 151.
[5] Maman A. malik dkk, sejarah kebudayaan islam , (yogyakarta : pokja akademik, 2005) hlm. 124
[6] Maman A. malik dkk, sejarah kebudayaan islam , (yogyakarta : pokja akademik, 2005) hlm. 128
 

Blogger news

Blogroll

About

tak terelakkan lagi bahwa bangsa yang maju adalah bangsa yang berani berkarya di kancah dunia. baik dalm bidang teknologi maupun ilmu pengetahuan....